Modul 2.2.a.9. Koneksi Antar Materi - Pembelajaran Sosial dan Emosional
Menurut Ki Hajar Dewantara, Pendidikan adalah proses menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia, maupun anggota masyarakat. Dengan kata lain, Pendidikan merupakan daya dan upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelektual) dan tubuh anak agar dapat memajukan kesempurnaan hidup, yaitu kehidupan anak yang sesuai dengan dunianya.
Salah
satu peran guru penggerak adalah menciptakan suasana weel-being ekosistem
pendidikan di sekolah. Itu
artinya seorang guru dituntut untuk bisa menciptakan rasa aman, nyaman, sehat dan bahagia bagi
murid.
Untuk menciptakan suasana well being seorang guru hendaknya
memahami tentang pembelajaran sosial emosional agar tercipta lingkungan belajar
yang ideal sesuai kebutuhan semua unsur yang ada di sekolah.
Pembelajaran sosial emosional adalah merupakan pembelajaran
yang dilakukan secara kolaboratif antara semua unsur yang ada di sekolah,
sehingga pembelajaran kolaboratif ini akan berdampak kepada pengetahuan,
keterampilan, sosial dan emosional nantinya.
Salah satu strategi yang bisa diberikan kepada peserta
didik terkait pembelajaran sosial emosional adalah dengan menggunakan tehnik Mind
Fullness (berkesadaran penuh). Tehnik ini sangat bermanfaat karena bisa
membantu para peserta didik untuk terhindar dari rasa stress.
Ada beberapa kata kunci, yaitu: kesadaran (awareness), perhatian
yang disengaja (on purpose), saat ini (present
moment), rasa ingin tahu (curiosity), dan kebaikan (compassion).
Artinya ada keterkaitan antara unsur pikiran (perhatian), kemauan (yang
bertujuan), dan rasa (rasa ingin tahu dan kebaikan) pada kegiatan (fisik) yang
sedang dilakukan.
Kesadaran penuh (mindfulness) dapat dilatih dan ditumbuhkan
melalui berbagai kegiatan. Artinya, kita dapat melatih kemampuan untuk
memberikan perhatian yang berkualitas pada apa yang kita lakukan.
Kegiatan-kegiatan seperti latihan menyadari nafas (mindful breathing); latihan
bergerak sadar (mindful movement), yaitu bergerak yang disertai
kesadaran tentang intensi dan tujuan gerakan; latihan berjalan sadar
(mindful walking) dengan menyadari gerakan tubuh saat berjalan, dan
berbagai kegiatan sehari-hari yang mengasah indera (sharpening the senses)
dengan melibatkan mata, telinga, hidung, indera perasa, sensori di ujung jari,
dan sensori peraba kita. Kegiatan-kegiatan di atas seperti bernapas
dengan sadar, bergerak dengan sadar, berjalan dengan sadar dan menyadari
seluruh tubuh dengan sadar dapat diawali dengan cara yang paling sederhana
yaitu dengan menyadari nafas.
Hubungan Mindfulness dan
Pembelajaran Sosial dan Emosional
Menurut Hawkins (2017), latihan berkesadaran penuh
(mindfulness) dapat membangun keterhubungan diri sendiri (self-awareness)
dengan berbagai kompetensi emosi dan sosial dalam kehidupan sehari-hari.
Contohnya, sebelum memberikan respon dalam sebuah situasi sosial yang
menantang, kita berhenti, bernafas dengan sadar, mengamati pikiran, perasaan
diri sendiri maupun orang lain, dan mengambil tindakan yang lebih responsif,
bukan reaktif.
Ada lima kompetensi di dalam
latihan berkesadaran penuh (Mindfullness) yaitu :
1. Kesadaran Diri (Pengenalan Emosi)
2. Pengelolaan diri (Mengelola Emosi dan Fokus)
3. Kesadaran sosial (Keterampilan Berempati)
4. Keterampilan berhubungan sosial (Daya Lenting / Resiliensi)
5. Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab
Kesadaran penuh (mindfulness) dapat dilatih dengan
cara yang paling sederhana yaitu dengan menyadari nafas. Salah satu teknik
dalam melatih kesadaran penuh (mindfulness) adalah dengan menggunakan teknik STOP.
Stop : Berhenti melakukan apapun kegiatan yang
sedang kita lakukan
Take a deep breath : Rasakan udara segar yang
masuk dan udara hangat yang keluar melalui hidung.
Observed : Amati apa yang dirasakan oleh tubuh
saat melakukan kegiatan pernafasan tersebut.
Proceed : Lanjutkan aktivitas kembali
dengan perasaan yang lebih tenang, pikiran yang lebih jernih, dan dengan sikap
yang positif.
Dengan latihan berkesadaran penuh (mindfulness) ini diharapkan peserta didik dapat menjadi generasi penerus yang sesuai dengan profil pelajar Pancasila yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
Komentar
Posting Komentar